Senin, 25 Juni 2007

Kista, Tumor Jinak di Organ Reproduksi Perempuan

DEWI, 39, sering merasakan nyeri di sekitar perutnya. Nyeri itu kadang hilang lalu muncul lagi.Selain rasa nyeri, pramugari pada sebuah perusahaan penerbangan swasta itu pun merasakan perutnya agak membesar।

Suatu hari ia memeriksakan diri ke spesialis kebidanan dan kandungan। Dokter mengatakan ibu yang memiliki seorang putri itu menderita kista di rahim dan harus dioperasi karena sudah sebesar kepalan tangan pria dewasa. Dewi pun menjalankan operasi di sebuah rumah sakit swasta di daerah Jatinegara, Jakarta Timur. Operasi berjalan lancar, dan dokter berhasil mengeluarkan benda seperti balon diisi air itu.

Saat ini jumlah perempuan yang terkena kista semakin meningkat dari hari ke hari। Dokter Widiyastuti, ahli kebidanan dan kandungan (ginekolog), menuturkan sebenarnya peningkatan jumlah perempuan terkena kista saat ini lebih dikarenakan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran mereka untuk memeriksakan diri.

''Ketika merasakan adanya kelainan pada tubuhnya, mereka segera memeriksakan diri dan berusaha mengantisipasinya dengan bantuan dokter,'' kata Widiyastuti kepada Media di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, spesialis dari Rumah Sakit Bersalin Astanaanyar Bandung itu menjelaskan, dibandingkan jenis tumor ovarium (indung telur) lainnya, kista paling sering ditemui। Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.

Kista, lanjutnya, termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan। Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.

''Tetapi berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik। Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya, apakah membahayakan atau tidak,'' jelasnya.

Widiyastuti menjelaskan, selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah vulva (bagian luar alat kelamin perempuan)। Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis. Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.

Kista, lanjut Widiyastuti, umumnya tidak disertai keluhan dan gejala। Keluhan baru muncul jika ukurannya sudah membesar, atau letaknya mengganggu organ lain di sekitarnya. ''Jika menekan saluran kemih, usus, saraf atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, tumor akan menimbulkan keluhan susah kencing, gangguan pencernaan, seperti tidak bisa buang air besar, kesemutan, atau kaki sering bengkak.''
Harus operasi
Sementara itu, spesialis kandungan dan kebidanan dr Hardi Susanto dari RS Graha Medika Jakarta, mengatakan 20-30% kista berpotensi menjadi ganas। Tandanya, terjadi pembesaran dalam waktu singkat sehingga memicu tumbuhnya kanker.

Hingga saat ini, lanjut Hardi, kista masih menjadi misteri dalam dunia kebidanan. Pasalnya, sampai sekarang belum diketahui secara pasti faktor-faktor penyebab tumbuhnya kista dalam tubuh seorang wanita. Karena itu, cara pencegahannya pun belum terungkap secara jelas.
''Tetapi dalam literatur ada yang menyebutkan penyebab kista ovarium karena gagalnya sel telur (folikel) berovulasi।''

Seperti diketahui, lanjut Hardi, dalam siklus reproduksinya, satu sel telur dalam ovarium wanita setiap bulan akan mengalami ovulasi। Yakni, keluarnya inti sel telur dari folikel untuk kemudian ditangkap serabut fimbria dan ditempatkan di saluran ovarium (tuba falopii), dan siap dibuahi jika bertemu sperma. Sedang folikel yang sudah kehilangan inti sel telur disebut corpus luteum, secara normal akan mengalami degenerasi hilang diserap tubuh.

Namun, adakalanya proses keluarnya inti sel telur dari dalam folikel gagal terjadi। Sel telur yang gagal berovulasi tersebut lama-kelamaan bisa berubah menjadi kista. Selain itu, dapat pula terjadi kegagalan penyerapan corpus luteum oleh tubuh. Hal ini pun berpotensi menyebabkan kista.

Selain berasal dari kelainan pada sel telur (folikel), jelas Hardi, kista di ovarium juga bisa tumbuh begitu saja। Kista semacam itu disebut kista cokelat karena terdiri atas selaput berisi darah kental atau sering disebut endometriosis.

Seiring dengan berjalannya waktu, kista tadi terus mengalami pembesaran। Dalam jangka waktu yang beragam, bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun, kista terus tumbuh hingga diameternya mencapai puluhan sentimeter.

Tidak ada patokan mengenai ukuran besarnya kista sehingga berpotensi pecah। Ada kista yang berdiameter lima sentimeter sudah pecah, namun ada yang sampai 20 cm belum juga pecah. Tetapi, pecahnya kista, katanya, bisa menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya pendarahan. Hal itu sangat fatal karena dalam hitungan jam, penderita akan mengalami pendarahan dan bisa kehilangan darah berliter-liter.

Mengenai cara mengatasi kista, satu-satunya jalan paling efektif dengan mengangkat kista melalui operasi। Pasalnya, tindakan pengobatan hingga saat ini belum memberikan hasil memuaskan.

Tindakan operasi pengangkatan kista, menurut Hardi, tidak menjamin kista tidak tumbuh kembali. Hal ini merupakan bagian dari misteri tentang kista yang belum terpecahkan.
''Selama seorang wanita masih memproduksi sel telur, potensi untuk tumbuh kista tetap ada,'' tegas Hardi। (CR-48/Nik/H-1)
Written by Kesehatan Reproduksi
sumber: Media Indonesia Online, Rabu, 24 Agustus 2005

Kista Ovarium, Ganaskah?

Kista umumnya tidak ganas, tetapi ada juga yang bersifat kanker। Walaupun tidak ganas, adanya kista di ovarium biasanya mengganggu siklus menstruasi dan menimbulkan rasa nyeri di perut bagian bawah. Karena itu, jika terdapat kista sebaiknya segera minta penanganan dokter ahli.

Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal-normal saja। Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambarnya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran di bawah 5 cm, dan dalam tiga bulan akan hilang. Jadi, kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan.

Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia masih mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista, jangan takut dulu, karena mungkin kistanya bersifat fisiologis. Biasanya kista fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid.
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium। Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60 -70 persen pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kejadian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.

Sampai sekarang belum ada cara deteksi dini yang sederhana untuk memeriksa adanya keganasan ovarium itu. Sekarang yang bisa dipakai masih menggunakan USG, tetapi itu agak sulit kalau diterapkan secara massal karena biayanya cukup mahal. Berbeda halnya dengan kanker serviks (mulut rahim -Red) yang bisa dideteksi dini dengan papsmear.
Untuk menurunkan risiko keganasan ovarium orang menggunakan pil KB। Risiko terjadinya kanker ovarium pada mereka bisa lebih kecil. Karena kanker ovarium terjadi kalau ovariumnya aktif, mengalami pertumbuhan folikel. Tapi dengan menggunakan kontrasepsi hormonal, terutama pil KB, proses itu pada ovarium ditekan, sehingga risikonya terjadi keganasan pada ovarium akan menurun.

Faktor apa saja yang dapat menyebabkan kanker? Cukup banyak! Makanan tinggi lemak dan kurang serat, zat-zat tambahan sintetik pada makanan, kurang olahraga, merokok, polusi, virus, sering stres, dan masih banyak lagi yang लें. Pokoknya gaya hidup yang tidak sehat berpotensi memicu dan memacu pertumbuhan kanker.

Faktor genetik juga berpengaruh. Ada sebagian orang yang secara genetik lebih besar kecenderungannya untuk menderita kanker, ada pula orang yang secara genetik lebih kecil kemungkinannya। Sebab itu, jika dalam riwayat kesehatan keluarga kita ada beberapa orang yang diketahui menderita kanker, misalnya ayah, ibu, kakak, paman, bibi, kakek, nenek, dan lain-lain, maka kita harus lebih waspada menghindari faktor-faktor lain yang dapat memicu kanker. Harus lebih selektif memilih makanan yang sehat, lebih teratur berolahraga, jangan merokok, dan hindari hidup di antara para perokok.

Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang potensial memicu kanker, yaitu yang disebut proto-onkogen.Karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen (karsinogen artinya dapat menyebabkan kanker), polusi, atau terpapar pada zat-zat kimia tertentu, atau karena radiasi, proto-onkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

Gejala dan tandaanya
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama। Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Jika tumor sudah menekan rektum atau kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama.

Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites (penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), dan organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati। Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan buang air kecil. Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas.

Karena sebagian besar dari kasus kanker ovarium bermula dari suatu kista, maka apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium)। Kewaspadaan terhadap kista yang bersifat ganas dilakukan bila:
1। Kista cepat membesar.
2। Kista pada usia remaja atau pascamenopause.
3। Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan.
4। Kista dengan bagian padat.
5। Tumor pada ovarium.
Kista ovarium ini bersifat neoplasti, ada yang jinak dan ganas.Pada kista ovarium yang jinak sebaiknya diangkat. Terdapat risiko yang paling ditakuti yaitu mengalami degenerasi keganasan. Di samping itu juga bisa mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi. Sedangkan prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.

Hal terpenting pada operasi pasien yang tersangka kanker ovarium adalah semaksimal mungkin berusaha agar kista tersebut keluar secara utuh, kemudian dilakukan pemeriksaan ke laboratorium Patologi Anatomik (pemeriksaan potong beku)। Apabila hasil pemeriksaan potong beku bukan suatu kanker, maka operasi selesai. Sebaliknya bila hasil pemeriksaan potong beku adalah kanker ovarium maka operasi dilanjutkan dengan mengangkat rahim, ovarium sisi lain, usus buntu, omentum, melakukan biopsi pada tempat yang dicurigai adanya penjalaran kanker di rongga perut dan melakukan pengambilan kelenjar getah bening di panggul.

Sebaiknya tidak mengobati kista ovarium dengan pengobatan tradisional melihat kemungkinan terjadi keganasan। Konsultasikan dengan dokter Anda. Semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.

( )

Mengenal Kista, Mioma, dan Endometriosis



Nyeri hebat setiap kali haid? Hati-hati, bisa jadi itu gejala endometriosis। Tapi bisa jadi gejala kista atau mioma uteri juga. Apa, sih, bedanya?


Endometriosis adalah suatu keadaan dimana endometrium berada di luar tempat yang seharusnya, yaitu di dalam rongga rahim। "Endometrium sendiri merupakan lapisan yang melapisi rongga rahim dan dikeluarkan secara siklik saat mens sebagai darah haid," kata dr. Sugi Suhandi Iskandar, Sp.OG dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.


Sementara kista indung telur adalah suatu massa berisi cairan, bisa kental seperti gel (mukus), bisa juga cair (serous)। "Kista ini diproduksi oleh kelenjar-kelenjar yang ada di ovarium, yang tak bisa dikeluarkan. Akhirnya tertampung, dan makin lama makin besar," tambah Sugi.


Lain lagi dengan mioma uteri। "Mioma uteri adalah tumor jinak dari miometrium (otot rahim). Berdasarkan letaknya, mioma uteri bisa dibagi menjadi 3, yakni mioma intramural (di dalam otot rahim), subserosa (dibawah lapisan serous, menonjol ke arah rongga perut), serta juga submukosa (menonjol ke arah rongga rahim)."


RANGSANGAN ESTROGEN Penyebab ketiga gangguan di atas sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti dan masih terus diteliti। "Sekarang, semua penyakit memang diarahkan ke faktor genetik sebagai penyebab. Kanker payudara misalnya, sudah diketahui gen-nya. Kalau si ibu kena kanker payudara, anaknya harus siap-siap. Tapi mioma, kista, dan endometriosis ini belum," terang Sugi.


Sebagian ahli berpendapat, mioma uteri terjadi karena adanya perangsangan hormon estrogen terhadap sel-sel yang ada di otot rahim। "Jadi, mioma uteri ini akibat pengaruh estrogen. Makanya, sangat jarang ditemukan pada anak-anak usia pubertas, bahkan nyaris tidak pernah. Anak usia ini, kan, belum ada rangsangan estrogennya. Sementara pada wanita menopause, mioma biasanya mengecil, karena estrogen sudah berkurang."


Penyebab kista dan endometriosis pun belum diketahui persis, "Belum ketahuan, misalnya apakah kista disebabkan oleh kelenjar yang tersumbat sehingga membesar," kata Sugi। Sementara salah satu penyebab endometriosis diduga adalah adanya muntahan sel-sel endometriosis keluar rongga rahim saat haid. "Nah, sel-sel edometriosis ini kemudian menempel di luar rongga rahim. Ada juga yang menyebut endometriosis mengikuti aliran darah atau ikut aliran kelenjar limfa, sehingga bisa saja terjadi endometriosis di paru, mata, dan sebagainya. Ada lagi yang mengatakan endometriosis disebabkan oleh pencemaran lingkungan dan pola hidup tak sehat. Jadi, masih belum pasti sebabnya."


Diagnosis pasti endometriosis biasanya diperoleh lewat pemeriksaan laparoskopi. "Endometriosis bisa sedang bisa berat, tergantung jumlah, lokasi, dan gejalanya. Kalau berat, bisa muncul nyeri perut, bahkan sampai menyebabkan infertilitas (kemandulan)."

OBATNYA: HAMIL , Ketiga gangguan ini tentu bisa berdampak buruk, tergantung lokasi, ukuran, dan gejala yang ditimbulkan। Misalnya mioma. "Kalau tidak menimbulkan gejala, meski ukurannya besar, ya, enggak ada dampaknya. Endometriosis, meski sedikit, tapi kalau menyebabkan nyeri hebat setiap kali mens, tentu bisa mengganggu. Kista berukuran di atas 4 cm, misalnya, cenderung terpuntir. Jika terpuntir, ia akan kekurangan oksigen dan makanan, sehingga timbul nyeri yang sangat. Ini harus dioperasi," jelas Sugi.

Untuk mengatasinya, upaya yang dilakukan sekarang lebih ke pencegahan। "Hidup sehat, pola makan dan pola hidup yang baik, lakukan check-up medis minimal setahun sekali untuk ibu-ibu atau wanita yang sudah pernah berhubungan seks. Dengan pemeriksaan teratur, gejala awal bisa terdeteksi lebih dini," ujar Sugi.

Pada waktu melakukan pap smear, sebaiknya sekalian dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk melihat rahim dan indung telur। "Kalau tidak ada fasilitas USG, bisa dilakukan pemeriksaan dalam. Dilihat rahimnya bagaimana, besarnya normal apa enggak, bentuknya konsisten apa enggak, indung telur kanan dan kiri bagaimana, dan sebagainya. Kalau teraba ada massa, harus hati-hati."

Pengobatan endometriosis sendiri bisa dengan obat minum, suntik, atau operasi. "Kalau endometriosis ringan, begitu hamil, biasanya endometriosisnya malah sembuh, karena endometriosis, kan, dikeluarkan selama haid. Selama tidak haid, ia biasanya mati/tidur," ujar Sugi seraya meneruskan, "Jadi, sebetulnya obatnya adalah hamil."
Oleh karena itu, pengobatan endometriosis biasanya dengan pengobatan pseudo-pregnancy atau pseudo menopause। "Dibuat seperti menopause atau hamil, sehingga endometriosisnya tidak tumbuh."

WASPADAI KANKER OVARIUM!
Hati-hati, selain kista, ada pula gangguan yang mirip kista, yakni kanker ovarium। "Waspada bila terdapat massa di dalam perut berbentuk seperti kista, dan dari pemeriksaan USG terlihat berpupil-pupil, pola pembuluh darahnya tersebar tidak beraturan. Biasanya diperiksa dengan tumor marker. Kalau hasilnya tinggi, berarti bukan kista biasa. Kemungkinan besar kista endometriosis atau keganasan (kanker)," kata Sugi.

Kanker ovarium merupakan silent kiler। "Diam-diam tanpa gejala, tapi mematikan. Berbeda dengan kanker leher rahim yang memiliki gejala seperti perdarahan, kanker ovarium tidak. Tidak ada gejala apa-apa, tahu-tahu sudah menyebar kesana kemari. Sulit diobati. Oleh sebab itu, pencegahan dininya adalah melakukan pemeriksaan teratur."

KAPAN DIANGKAT?Salah satu terapi mioma dan kista adalah dengan pengangkatan (operasi). Kapan mioma harus diangkat? 1. Bila ukurannya lebih besar dari ukuran kehamilan usia 12 minggu. 2. Bila mengganggu keadaan umum, misalnya perdarahannya banyak sampai perlu transfusi. 3. Bila pembesarannya cepat. Misalnya 3 bulan lalu masih 2 cm, sekarang sudah 6 Cm.
Kapan kista harus diangkat? * Bila besarnya lebih dari 4 cm, karena di atas 4 cm, risiko untuk terpuntir besar। Besar kista di atas 4 cm bukan kista folikel. Kista folikel adalah kista yang pecah setiap menjelang masa subur. "Kalau besarnya di atas 4 cm, biasanya kista fungsional. Pada saat haid, biasanya tidak ada folikel. Begitu saat haid ada massa, berarti kista fungsional.Untuk meyakinkannya, dilakukan USG saat haid," terang Sugi.

NYERI HEBAT SAAT HAIDBagaimana, sih, mengenali gejala endometriosis, kista, atau mioma? Berikut beberapa gejala yang hampir sama dan harus diwaspadai: 1. Nyeri haid hebat dan terus menerus. 2. Pembesaran di perut. Kadang-kadang, kalau masih kecil, belum teraba. Tapi, semakin besar, akan makin teraba seperti ada benjolan. 3. Muncul gejala-gejala penekanan akibat pembesaran kista/mioma. Misalnya, ke depan menekan kandung kencing, ke belakang ke rektum. Akibatnya, muncul gangguan buang air besar dan buang air kecil. 4. Pada mioma uteri, jika ukurannya besar, bisa menekan organ-organ sekitarnya. 5. Jika kista bertangkai, bisa muncul nyeri perut tiba-tiba, bahkan muntah-muntah akibat tangkai kista yang terpuntir. 6. Bisa juga membuat luas permukaan endometrium menjadi lebih tebal, sehingga haid jadi lebih banyak. "Ini karena kontraksi rahim berkurang atau terganggu, sehingga perdarahan saat mens lebih banyak," terang Sugi.

Hasto Prianggoro
FOTO-FOTO: Aries Tanjung

Jumat, 22 Juni 2007

Kista dan Kesuburan,apa penyebab penyakit kista dan apakah wanita yang menderita kista dapat hamil?

Yang dimaksud dengan kista adalah suatu kantung yang berisi cairan, bisa kental seperti gel (mukus), bisa juga cair (serous). Penyebab utamanya masih menjadi misteri, namun ada literatur yang menyebutkan bahwa kista berasal dari telur yang gagal berovulasi, ada juga yang menyatakan bahwa kista diproduksi oleh kelenjar-kelenjar yang ada di ovarium, yang tak bisa dikeluarkan Akhirnya tertampung, dan makin lama makin besar. Kista menempati rongga-rongga di dalam tubuh, yang paling terkenal adalah kista indung telur (Ovarian Cysts).

Selama masih berukuran kecil dan jinak, kista sebetulnya tidak akan mengganggu kesuburan. Sedangkan kalau kistanya berukuran besar, sebetulnya yang terganggu pun bukan kesuburannya, melainkan kehamilannya, karena kista tersebut bisa memenuhi rongga rahim dan menghalangi pertumbuhan sel telur yang telah terbuahi.

Yang berbahaya dari kista terutama ada 2, yaitu 1) apabila seorang penderita kista mengalami kehamilan, saat kehamilan menjadi besar, kista dapat terpelintir dan pecah, yang dapat menyebabkan emboli dan bisa mengakibatkan kematian, dan 2) apabila kista berkembang menjadi tumor ganas, atau bahkan kanker.

Itulah mengapa, jika seseorang menderita kista, satu-satunya jalan yang disarankan adalah dengan cara mengangkat kista tersebut untuk mencegahnya berkembang menjadi bentuk yang lebih membahayakan, walaupun tidak ada jaminan setelah kista tersebut diangkat, tidak akan terbentuk kista kembali. Karena pada dasarnya, selama seorang wanita masih mampu menghasilkan sel telur, maka kemungkinan terjadinya kista akan tetap ada.

Demikian penjelasan kami, semoga bisa bermanfaat untuk Anda. Salam dari Mediasehat!